#HerStory is Our Story: #PressForProgress Together with LBTQ Women
-
Today marks another year of struggle for the rights of women. ASEAN SOGIE Caucus joins in solidarity with the movements for the rights of women at all levels of society, especially those whose struggles are waged in defiance against increasingly violent, homophobic, transphobic, and misogynist forces. #HerStory is our story, and it is a story that we will write together.
But when we #PressForProgress for women, we must ask: for which women? Does our #PressForProgress count all women? Does the #PressForProgress end when we talk about women who love women, or women whose bodies were assigned male at birth, or women who do not fit the look and feel of “woman”? When we #PressForProgress, do we press wide enough?
It is a point of pride for the women’s rights movements in Southeast Asia that the struggle has grown to include the rights of lesbian, bisexual, transgender, and queer (LBTQ) women. We can be proud because silence is the enemy of justice: the story of any woman removed from #HerStory is an outrage against the values the women’s movement stands for. But these stories, which were shared in last year’s caucus of LBTQ women across Asia[1], reflect an increasingly urgent situation. They tell us that “families are often sites of violence and discrimination against LBTQ persons”; that “they are at heightened risk of harassment, intimidation, arbitrary arrest, or trumped-up charges by state actors with impunity”; and that “even LGBTIQ+ movements have failed to acknowledge the serious health dimensions of the discrimination and violence that LBTQ people experience.” These are unacceptable circumstances that we must fight to address.
Our rights are rarely given: they are fought for, and must be defended when they are won. Even as LBTQ women are embraced in the women’s movement, we cannot remain comfortable. The war that is being waged against LBTQ women in many parts of Southeast Asia has intensified their cruelties, and almost every day we find new entries into #HerStory marked by fear, grief, and even bloodshed. We cannot allow our story, which is beautiful and diverse, to be overwhelmed by so much suffering.
Today, we call on all LBTQ women to keep claiming their spaces in our #PressForProgress, and to make #HerStory a story that captures the true spirit, diversity, and vigor of LBTQ women’s struggles. And we call on the larger women’s movement to embrace this same energy as their own, and to assert that every woman is included in the story that we write.
-
#HerStory adalah Sejarah Kita: #PressForProgress Bersama Perempuan LBTQ
Hari ini bertambah tahun lagi penanda perjuangan untuk hak-hak perempuan. ASEAN SOGIE Caucus tururt bersolidaritas dengan gerakan untuk hak perempuan di semua lapisan masyarakat, terutama mereka yang perjuangannya dikhususkan untuk melawan meningkatnya kekerasan, homofobia, transfobia, dan misoginistik. #HerStory , sejarah mereka para perempuan adalah sejarah kita juga, dan adalah sejarah yang akan kita tulis bersama.
#PressForProgress , Mendorong perubahan ke arah yang lebih progresif adalah tema global peringatan hari perempuan internasional tahun ini. Namun demikian, ketika kita berbicara tentang mendorong perubahan bagi perempuan, ada hal yang patut dipertanyakan kembali: perempuan yang mana? Apakah #PressForProgress menghitung semua perempuan? Apakah #PressForProgress mengikutsertakan perempuan yang mencintai perempuan atau perempuan yang tubuhnya sejak terlahir bukan bertubuh perempuan secara biologis? Atau perempuan yang seringkali dianggap ‘kurang perempuan’ karena berpenampilan diluar ketetapan sebagai perempuan? Kita patut menanyakan ulang apakah #PressForProgress tak lagi biner ketika membicarakan tentang perempuan?
Pada titik ini, sebuah kebanggan bagi gerakan perempuan di Asia Tenggara dimana perjuangan perempuan telah berada pada perkembangan, yang mencakup hak-hak perempuan lesbian, biseksual, transgender, dan queer (LBTQ). Kita harus tetap mendongak meski dalam kesunyian karena keheningan adalah musuh keadilan: sejarah perempuan yang dihapus oleh sejarah adalah tetap sejarah seperti layaknya kisah dimana pada tahun lalu Kaukus Perempuan LBTQ menyatakan sebuah pernyataan sebagai sebuah hasil dari pertemuan para perempuan LBTQ dari berbagai negara Asia dan mencerminkan situasi yang semakin mendesak. Mereka menyebutkan bahwa "keluarga seringkali merupakan tempat dimana kekerasan dan diskriminasi terhadap orang-orang LBTQ berasal"; bahwa “perempuan LBTQ memiliki resiko tinggi untuk mengalami kekerasan seksual, intimidasi, penangkapan sewenang-wenang, atau tuduhan palsu oleh aktor negara yang memiliki kekebalan hukum"; dan "bahkan gerakan LGBTIQ+ lagi-lagi telah gagal dalam mengenali persoalan yang dialami kelompok LGBTIQ terutama dalam dimensi diskriminasi sektor kesehatan dan kekerasan yang dialami orang-orang LBTQ." Keadaan ini tak seharusnya kita hadapi lagi, kita harus melawan!.
Hak-hak kita tak diberikan begitu saja; kita harus memperjuangkannya dan harus mempertahankannya saat hak tersebut telah kita dapat. Bahkan ketika gerakan perempuan telah merangkul gerakan perempuan LBTQ, kita tetap harus berwaspada. Perang yang ditujukan untuk perempuan LBTQ di banyak wilayah Asia Tenggara telah meningkatkan kekejaman diantara kita, dan hampir setiap hari kita menemukan titik baru dimana menorehkan sejarah dengan ketakutan, kesedihan, dan bahkan pertumpahan darah. Kita tidak bisa membiarkan sejarah kita yang indah dan beragam, terbebani oleh begitu banyak penderitaan.
Hari ini, kami mengajak semua perempuan LBTQ untuk terus mengambil ruang dalam #PressForProgress dan membuat sejarah perempuan #HerStory sebuah sejarah yang inklusi dan memasukkan semua kategori perempuan yang beragam dengan penuh semangat perjuangan. Dan kami menyeru kepada gerakan perempuan agar merangkul perempuan dalam makna yang lebih besar dengan semangat yang sama yang kami miliki, dan memastikan bahwa setiap perempuan dengan lapisan lain masuk dalam sejarah yang ditoreh dan dituliskan.
[1] For the full statement of the LBTQ Caucus in 4-5 December 2017 prior to the ILGA Asia Conference in Phnom Penh, Cambodia, see: Statement of the LBTQ Caucus